Sampai saat ini pembelajaran matematika bagi siswa-siswa di tingkat dasar maupun tingkat menengah merupakan pelajaran yang dipandang sulit dan tidak disenangi oleh sebagian besar siswa. Hal ini jelas terbukti dari nilai rata-rata akademik yang diperoleh siswa di sebagian besar sekolah-sekolah masih jauh lebih rendah dari pada nilai-nilai mata pelajaran lain. Di samping itu laporan dari guru-guru pembimbing banyak menyatakan keluhan-keluhan tentang hasil prestasi siswa dari proses dan hasil pembelajaran matematika di kelas yang kurang puas dengan target ideal pencapaiannya. Kebanyakan guru mengklaim bahwa ketidakberhasilan itu senantiasa dipojokkan kepada siswa itu sendiri dengan dalih mereka kurang bahkan tidak mampu mengusai operasi dasar matematika yakni operasi tambah, kurang, kali, dan bagi. Bahkan lebih santer lagi mereka menuding kegagalan siswa dalam belajar matematika itu diakibatkan karena guru matematika pada tingkatan kelas di bawahnya kurang tegas atau tidak tuntas menyelesaikan target kompetensi siswa tersebut. Inilah paradigma pembelajaran matematika yang selama ini terjadi pada kebanyakan sekolah.
Pembelajaran matematika sekolah di tingkat dasar dan menengah merupakan pelajaran wajib bagi siswa selama berada dibangku sekolah. Bagi siswa yang minat dan mampu mengikuti konsepkonsep matematika merupakan anugrah dan mereka terasa nyaman mengikuti pembelajaran matematika. Tetapi bagi siswa yang tidak senang dengan matematika terasa musibah yang harus diikuti dengan terpaksa selama ia berada di sekolah tersebut.
Permasalahan yang timbul pada diri saya, 1)haruskah siswa yang menjadi sasaran kegagalan pembelajaran matematika? 2) Apakah keberhasilan pembelajaran matematika hanya ditentukan dari nilai yang diperoleh siswa dalam bentuk angka-angka yang tinggi? 3) Adakah usaha guru dalam bentuk selain aktifitas di kelas membimbing, melatih, dan menilai secara rutinitas sehingga siswa yang memperoleh nilai bagus dianggap berhasil dan siswa yang memperoleh nilai jelas dikatakan gagal?
Dalam tulisan ini saya ingin mengungkapkan usaha-usaha guru dalam melibatkan siswa dalam pembelajaran matematika antara teori dan pengalaman.
II. (Teori) Pengelolaan Pembelajaran Matematika
Berdasarkan para pakar pendidikan, khususnya dalam pengelolaan pembelajaran matematika, beberapa hal yang mendasarinya adalah
a. Analisis kurikulum (KTSP)
Analisis ini meliputi Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK), Kompetensi dasar (KD), Indikator, dan Peta bahan ajar
b. Mengidentifikasi masalah-masalah kontekstual
Menjadi sangat penting kegiatan guru mengidentifikasi masalah-masalah kontekstual yang berkaitan dengan setiap konsep yang harus dipelajari peserta didik dalam mencapai kompetensinya yang ditetapkan dalam SK dan KD. Suatu pembelajaran akan menjadi sebuah proses pembelajaran bermakna bagi peserta didik, jika konsep atau materi yang dipelajari peserta didik disajikan dalam masalah yang kontekstual.
c. Pengenalan karakteristik peserta didik (dari aspek kognitif)
Pengenalan karakteristik secara aspek kognitif mengacu kepada teori-teori :
1. Teori perkembangan kognitif Piaget
Menurut Piaget, perkembangan kognitif manusia berlangsung secara kontinyu seiring dangan perkembangan intelektualnya. Piaget membedakan perkembangan kognitif manusia menjadi empat tahap, yaitu :
1) Tahap sensori motorik, berlangsung dari 0 – 2 tahun. Pada tahap ini anak memahami segala sesuatu hal bergantung terutama pada gerakan tubuh beserta alat-alat indera yang lain.
2) Tahap pra operasional, berlangsung kira-kira 2 – 7 tahun. Pada tahap ini ia mulai mampu berbahasa dalam bentuk kata, dapat mempersentasikan realitas yang mengawali proses berfikir.
3) Tahap operasional kongkrit, berlangsung dari 7 - 12 tahun. Pada tahap ini anak mulai dapat melakukan aktifitas mental melalui benda-benda kongkrit, tetapi masih didasarkan pada pengamatan dan pengalaman dengan benda-benda dalam dunia fisis.
4) Tahap operasional formal, berlangsung mulia 12 tahun ke atas. Pada tahap ini, anak atau orang mulai mampu berfikir logis tanpa kehadiran benda-benda kongkrit sebagai media pembelajaran.
Selain itu Piaget juga mengatakan ada empat faktor yang memberikan kontribusi pada perkembangan intelektual manusia, yaitu
a) perkembangan kematangan (fisiologis)
b) pengalaman langsung dengan dunia fisik
c) penyeimbangan
2. Teori perkembangan kognitif Bruner
Menurut Brunner, untuk memahami konsep-konsep yang bersifat abstrak, dibutuhkan refresentatif yang dapat ditangkap oleh indra manusia. Ada tiga tahap refresentasi yang dapat digunakan dari pembelajaran dari lingkungan, yaitu.
a) tahap enaktif, yaitu suatu tahap pembelajaran dimana informasi atau pengetahuan itu harus dipelajari secara aktif oleh peserta didik dengan menggunakan benda-benda kongkrit.
b) tahap ekonik, yaitu suatu tahap pembelajaran dimana pengetahuan itu dipresentasikan dalam bentuk bayangan visual (gambar, skema, diagram, grafik, tabel, dll) yang menggambarkan situasi kongkrit yang terdapat pada tahap enaktif tersebut.
c) tahap simbol, yaitu suatu tahap dimana pengetahuan itu dipresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak, baik simbol-simbol verbal, lambang-lambang matematika maupun lambang-lambang abstrak lainnya.
d. Pengembangan dan penguasaan materi
Pengembangan materi merupakan pengembangan masalah–masalah dala rangka lebih meningkatkan kemampuan matematisasi secara horizontal dan vertikal.
Pengembangan masalah tersebut dikelompokkan menurut level-level berfikir yang dituntut peserta didik, paling sedikit ada tiga level antara lain :
1) Level – 1 : berlaitan dengan pengetahuan mengenai objek, definisi, keterampilan dan algoritma
2) Level – 2 : berkaitan dengan pemahaman relasional, yaitu pemahaman tentang hubungan antar konsep, masalah, aturan, dan prosedur. Termasuk dalam kategori ini adalah kemampuan menyelesaikan masalah dengan berbagai strategi.
3) Level – 3 : berkaitan dengan penalaran matematika dengan generalisasi
e. Komunikasi secara matematis
Matematika merupakan bahasa atau lambang yang baru mempunyai makna bila diinterpretasikan. Pemahaman mengenai suatu bahasa atau lambang orang, perlu melakukan interpretasi yang ditentukan oleh pengalaman seseorang. Seseorang akan memahami sesuatu, jika sesuatu itu mula-mula direpresentasikan dalam modus tertentu, kamuadian ke modus yang lain. Proses transformasi dari modus representasi tertentu ke modus refpresentasi yang lain disebut translasi.
f. Pengembangan program pembelajaran
Silabus merupakan acuan untuk merencanakan dan melaksanaan program pembelajaran. Silabus dapat digunakan sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran mulai dari pembuatan rencana pembelajaran (RPP), pengelolaan pembelajaran sampai sistem penilaian.
III. Pengalaman (saya) dalam Pembelajaran Matematika
Selama kira-kira 14 tahun saya menjadi PNS, banyak temuan-temuan yang dijumpai terutama berkenaan dengan peserta didik. Dari tahun ke tahun, saya memperoleh pengalaman yang senantiasa unik berdasarkan karakteristik peserta didik Adanya rasa kekhawatiran selama 14 tahun menghadapi peserta didik, dirasakan pada pencapaian hasil pembelajaran matematika di SMP yang kurang memuaskan. Dan ini saya rasakan karena saya belum optimal menggali potensi, motivasi dan kompetensi pesrta didik selama ini. Tetapi di lain pihak saya merasa senang dan peduli dengan proses pembelajaran peserta didik, di mana dari tahun ke tahun selalu ada perbedaan dan perubahan baik input dan output peserta didik maupun kesiapan saya dalam penanganan mengelola kelas. Hal ini terjadi karena karena sebagian dari guru hanya melakukan proses pembelajaran karena didasarkan kewajiban semata. Selanjutnya mereka kurang proaktif dalam mengikuti kegitan akademik berupa seminar-seminar pendidikan, atau bergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Dengan mengikuti forum-forum ilmiah paling tidak kita akan sedikit mendapatkan pencerahan diri dan memperoleh ilmu dari narasumber atau berbagi pengalaman secara sharing antar sesama sejawat. Ini merupakan hal yang dirasakan penting bagi saya.
IV. Usaha-usaha Guru (Saya) yang Melibatkan Siswa dalam Pembelajaran Matematika
Dari permasalah yang dikemukakan di atas, saya mempunyai pendapat,
1. Kegagalan peserta didik dalam pembelajaran matematika tidak dapat sepenuhnya ditujukan kepada peserta didik itu sendiri. Saya menyadari bahwa faktor guru sangat besar pengaruh dalam menentukan kegagalan maupun keberhasilan peserta didik. Hanya guru yang mempunyai berwawasan inovatif dan memiliki kompternsilah yang menyimpan harapan akan keberhasilan pelajaran khususnya dalam pembelajaran matematika.
2. Selama ini keberhasilan pembelajaran matematika hanya dilihat dari hasil peserta didik dalam bentuk nilai kuntitatif maupun kualitatif, sementara penggalian terhadap potensi, bakat, karakter dan kompetensi peserta didik belaum dilakukan secara optimal yang menjadi lahan pembinaan guru selain penyampaian materi. Lebih jauh yang harus kita kembangkan, seperti yang dikemukakan oleh Ebutt dan Straker, bahwa hakekat pendidikan matematika sekolah adalah : 1) kegiatan mencari pola dan hubungan, 2) kegiatan pemecahan masalah, 3) kegiatan penelitian dan investigasi dan 4) menjadikan matematika sebagai alat untuk berkomunikasi. Jadi keberhasilan peserta didik yang dinyatakan dalam bentuk nilai (kuantitatif dan kualitatif) adalah menunjukkan hasil akhir dari performen peserta didik sebagai bentuk pertanggungjawaban bagi pencapaian kompetensi peserta didik.
3) Sebelum guru melakukan kegiatan pembelajaran matematika dengan peserta didik, harus dipersiapkan terlebih dahulu berupa persiapan umum dan persiapan khusus. Persiapan umum meliputi kajian dan penyesuaian paradigma dan teori pendidikan serta pembelajaran matematika inovatif dan implementasinya, yaitu hakekat matematika sekolah, tujuan pendidikan matematika, hakekat tugas dan fungsi guru matematika, hakekat siswa belajar matematika, hakekat metode pembelajaran, hakekat penilaian pembelajaran matematika, dan hakekat sumber belajar matematika. Inilah sebuah tantangan dan tugas mulia bagi guru sebagai pembimbing, motivator, dan evaluator yang tidak serampangan memberikan keberhasilan peserta didik dengan bentuk nilai.
Jadi secara umum bahwa usaha yang harus saya lakukan dalam melibatkan peserta didik dalam pembelajaran matematika adalah :
1. Harus dipersiapakan dan terus digali tentang wawasan / hakekat matematika dan hakekat matematika sekolah, sehingga secara berangsur-angsur wawasan ini tertanam kepada peserta didik
2. Pengusaan terhadap pembejaran matematika, teori-teori belajar, pengusaan pengenalan karakteristik peserta didik, pengeloaan kelas, pengusaan model dan strategi pembelajaran, mempersiapkan RPP yang inovatif yang mengembangkan berbagai skema yang terdiri dari struktur pembelajaran (pendahuluan, inti dan penutup), skema pencapaian kompetensi ( Will, Attitude, Knowledge, Skill dan Experience), skema interaksi (klasikal, kelompok, dan individual), skema variasi metode (induksi-deduksi) dan skema variasi media dan alat bantu pembelajaran (LKS dan alat peraga) dan variasi sumber belajar(buku, internet)
3. Menguasai bahan ajar dalam arti bahwa kini dalam mata pelajaran matematika sering terdapat kegiatan kompetisi diantaranya : lomba PASIAD, OSN dan lomba-lomba lain. Cakupan materi atau soal dalam lomba tersebut sangat unik dan cukup sulit. Saya merasa bahwa menguasai bahan ajar untuk mempersiapkan lomba bagi peserta didik berprestasi sangat menunjang dalam menggali teknik atau trik matematika yang selanjutnya dapat diterapkan di kelas sebagai tambahan pembelajaran.
V. Penutup
Kesimpulan
Untuk menjadi seorang guru yang profesional dibutuhkan kesiapan mental yang tinggi, memiliki harapan yang besar akan kemajuan pendidikan bagi peserta didik. Semua pekerjaan ini harus dilakukan sebagai tugas dari pemerintah yang harus disadari dengan tanggung jawab moral
Dengan membuat peserta didik menyenangi pelajaran matematika dan mereka mampu menyatakan ungkapan tentang matematika merupakan awal bahwa kita dipacu untuk menggali potensi dan kompetensi peserta didik yang dibuktikan melaui proses pembelajaran.
Dalam tulisan ini saya ingin mengungkapkan usaha-usaha guru dalam melibatkan siswa dalam pembelajaran matematika antara teori dan pengalaman.
II. (Teori) Pengelolaan Pembelajaran Matematika
Berdasarkan para pakar pendidikan, khususnya dalam pengelolaan pembelajaran matematika, beberapa hal yang mendasarinya adalah
a. Analisis kurikulum (KTSP)
Analisis ini meliputi Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK), Kompetensi dasar (KD), Indikator, dan Peta bahan ajar
b. Mengidentifikasi masalah-masalah kontekstual
Menjadi sangat penting kegiatan guru mengidentifikasi masalah-masalah kontekstual yang berkaitan dengan setiap konsep yang harus dipelajari peserta didik dalam mencapai kompetensinya yang ditetapkan dalam SK dan KD. Suatu pembelajaran akan menjadi sebuah proses pembelajaran bermakna bagi peserta didik, jika konsep atau materi yang dipelajari peserta didik disajikan dalam masalah yang kontekstual.
c. Pengenalan karakteristik peserta didik (dari aspek kognitif)
Pengenalan karakteristik secara aspek kognitif mengacu kepada teori-teori :
1. Teori perkembangan kognitif Piaget
Menurut Piaget, perkembangan kognitif manusia berlangsung secara kontinyu seiring dangan perkembangan intelektualnya. Piaget membedakan perkembangan kognitif manusia menjadi empat tahap, yaitu :
1) Tahap sensori motorik, berlangsung dari 0 – 2 tahun. Pada tahap ini anak memahami segala sesuatu hal bergantung terutama pada gerakan tubuh beserta alat-alat indera yang lain.
2) Tahap pra operasional, berlangsung kira-kira 2 – 7 tahun. Pada tahap ini ia mulai mampu berbahasa dalam bentuk kata, dapat mempersentasikan realitas yang mengawali proses berfikir.
3) Tahap operasional kongkrit, berlangsung dari 7 - 12 tahun. Pada tahap ini anak mulai dapat melakukan aktifitas mental melalui benda-benda kongkrit, tetapi masih didasarkan pada pengamatan dan pengalaman dengan benda-benda dalam dunia fisis.
4) Tahap operasional formal, berlangsung mulia 12 tahun ke atas. Pada tahap ini, anak atau orang mulai mampu berfikir logis tanpa kehadiran benda-benda kongkrit sebagai media pembelajaran.
Selain itu Piaget juga mengatakan ada empat faktor yang memberikan kontribusi pada perkembangan intelektual manusia, yaitu
a) perkembangan kematangan (fisiologis)
b) pengalaman langsung dengan dunia fisik
c) penyeimbangan
2. Teori perkembangan kognitif Bruner
Menurut Brunner, untuk memahami konsep-konsep yang bersifat abstrak, dibutuhkan refresentatif yang dapat ditangkap oleh indra manusia. Ada tiga tahap refresentasi yang dapat digunakan dari pembelajaran dari lingkungan, yaitu.
a) tahap enaktif, yaitu suatu tahap pembelajaran dimana informasi atau pengetahuan itu harus dipelajari secara aktif oleh peserta didik dengan menggunakan benda-benda kongkrit.
b) tahap ekonik, yaitu suatu tahap pembelajaran dimana pengetahuan itu dipresentasikan dalam bentuk bayangan visual (gambar, skema, diagram, grafik, tabel, dll) yang menggambarkan situasi kongkrit yang terdapat pada tahap enaktif tersebut.
c) tahap simbol, yaitu suatu tahap dimana pengetahuan itu dipresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak, baik simbol-simbol verbal, lambang-lambang matematika maupun lambang-lambang abstrak lainnya.
d. Pengembangan dan penguasaan materi
Pengembangan materi merupakan pengembangan masalah–masalah dala rangka lebih meningkatkan kemampuan matematisasi secara horizontal dan vertikal.
Pengembangan masalah tersebut dikelompokkan menurut level-level berfikir yang dituntut peserta didik, paling sedikit ada tiga level antara lain :
1) Level – 1 : berlaitan dengan pengetahuan mengenai objek, definisi, keterampilan dan algoritma
2) Level – 2 : berkaitan dengan pemahaman relasional, yaitu pemahaman tentang hubungan antar konsep, masalah, aturan, dan prosedur. Termasuk dalam kategori ini adalah kemampuan menyelesaikan masalah dengan berbagai strategi.
3) Level – 3 : berkaitan dengan penalaran matematika dengan generalisasi
e. Komunikasi secara matematis
Matematika merupakan bahasa atau lambang yang baru mempunyai makna bila diinterpretasikan. Pemahaman mengenai suatu bahasa atau lambang orang, perlu melakukan interpretasi yang ditentukan oleh pengalaman seseorang. Seseorang akan memahami sesuatu, jika sesuatu itu mula-mula direpresentasikan dalam modus tertentu, kamuadian ke modus yang lain. Proses transformasi dari modus representasi tertentu ke modus refpresentasi yang lain disebut translasi.
f. Pengembangan program pembelajaran
Silabus merupakan acuan untuk merencanakan dan melaksanaan program pembelajaran. Silabus dapat digunakan sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran mulai dari pembuatan rencana pembelajaran (RPP), pengelolaan pembelajaran sampai sistem penilaian.
III. Pengalaman (saya) dalam Pembelajaran Matematika
Selama kira-kira 14 tahun saya menjadi PNS, banyak temuan-temuan yang dijumpai terutama berkenaan dengan peserta didik. Dari tahun ke tahun, saya memperoleh pengalaman yang senantiasa unik berdasarkan karakteristik peserta didik Adanya rasa kekhawatiran selama 14 tahun menghadapi peserta didik, dirasakan pada pencapaian hasil pembelajaran matematika di SMP yang kurang memuaskan. Dan ini saya rasakan karena saya belum optimal menggali potensi, motivasi dan kompetensi pesrta didik selama ini. Tetapi di lain pihak saya merasa senang dan peduli dengan proses pembelajaran peserta didik, di mana dari tahun ke tahun selalu ada perbedaan dan perubahan baik input dan output peserta didik maupun kesiapan saya dalam penanganan mengelola kelas. Hal ini terjadi karena karena sebagian dari guru hanya melakukan proses pembelajaran karena didasarkan kewajiban semata. Selanjutnya mereka kurang proaktif dalam mengikuti kegitan akademik berupa seminar-seminar pendidikan, atau bergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Dengan mengikuti forum-forum ilmiah paling tidak kita akan sedikit mendapatkan pencerahan diri dan memperoleh ilmu dari narasumber atau berbagi pengalaman secara sharing antar sesama sejawat. Ini merupakan hal yang dirasakan penting bagi saya.
IV. Usaha-usaha Guru (Saya) yang Melibatkan Siswa dalam Pembelajaran Matematika
Dari permasalah yang dikemukakan di atas, saya mempunyai pendapat,
1. Kegagalan peserta didik dalam pembelajaran matematika tidak dapat sepenuhnya ditujukan kepada peserta didik itu sendiri. Saya menyadari bahwa faktor guru sangat besar pengaruh dalam menentukan kegagalan maupun keberhasilan peserta didik. Hanya guru yang mempunyai berwawasan inovatif dan memiliki kompternsilah yang menyimpan harapan akan keberhasilan pelajaran khususnya dalam pembelajaran matematika.
2. Selama ini keberhasilan pembelajaran matematika hanya dilihat dari hasil peserta didik dalam bentuk nilai kuntitatif maupun kualitatif, sementara penggalian terhadap potensi, bakat, karakter dan kompetensi peserta didik belaum dilakukan secara optimal yang menjadi lahan pembinaan guru selain penyampaian materi. Lebih jauh yang harus kita kembangkan, seperti yang dikemukakan oleh Ebutt dan Straker, bahwa hakekat pendidikan matematika sekolah adalah : 1) kegiatan mencari pola dan hubungan, 2) kegiatan pemecahan masalah, 3) kegiatan penelitian dan investigasi dan 4) menjadikan matematika sebagai alat untuk berkomunikasi. Jadi keberhasilan peserta didik yang dinyatakan dalam bentuk nilai (kuantitatif dan kualitatif) adalah menunjukkan hasil akhir dari performen peserta didik sebagai bentuk pertanggungjawaban bagi pencapaian kompetensi peserta didik.
3) Sebelum guru melakukan kegiatan pembelajaran matematika dengan peserta didik, harus dipersiapkan terlebih dahulu berupa persiapan umum dan persiapan khusus. Persiapan umum meliputi kajian dan penyesuaian paradigma dan teori pendidikan serta pembelajaran matematika inovatif dan implementasinya, yaitu hakekat matematika sekolah, tujuan pendidikan matematika, hakekat tugas dan fungsi guru matematika, hakekat siswa belajar matematika, hakekat metode pembelajaran, hakekat penilaian pembelajaran matematika, dan hakekat sumber belajar matematika. Inilah sebuah tantangan dan tugas mulia bagi guru sebagai pembimbing, motivator, dan evaluator yang tidak serampangan memberikan keberhasilan peserta didik dengan bentuk nilai.
Jadi secara umum bahwa usaha yang harus saya lakukan dalam melibatkan peserta didik dalam pembelajaran matematika adalah :
1. Harus dipersiapakan dan terus digali tentang wawasan / hakekat matematika dan hakekat matematika sekolah, sehingga secara berangsur-angsur wawasan ini tertanam kepada peserta didik
2. Pengusaan terhadap pembejaran matematika, teori-teori belajar, pengusaan pengenalan karakteristik peserta didik, pengeloaan kelas, pengusaan model dan strategi pembelajaran, mempersiapkan RPP yang inovatif yang mengembangkan berbagai skema yang terdiri dari struktur pembelajaran (pendahuluan, inti dan penutup), skema pencapaian kompetensi ( Will, Attitude, Knowledge, Skill dan Experience), skema interaksi (klasikal, kelompok, dan individual), skema variasi metode (induksi-deduksi) dan skema variasi media dan alat bantu pembelajaran (LKS dan alat peraga) dan variasi sumber belajar(buku, internet)
3. Menguasai bahan ajar dalam arti bahwa kini dalam mata pelajaran matematika sering terdapat kegiatan kompetisi diantaranya : lomba PASIAD, OSN dan lomba-lomba lain. Cakupan materi atau soal dalam lomba tersebut sangat unik dan cukup sulit. Saya merasa bahwa menguasai bahan ajar untuk mempersiapkan lomba bagi peserta didik berprestasi sangat menunjang dalam menggali teknik atau trik matematika yang selanjutnya dapat diterapkan di kelas sebagai tambahan pembelajaran.
V. Penutup
Kesimpulan
Untuk menjadi seorang guru yang profesional dibutuhkan kesiapan mental yang tinggi, memiliki harapan yang besar akan kemajuan pendidikan bagi peserta didik. Semua pekerjaan ini harus dilakukan sebagai tugas dari pemerintah yang harus disadari dengan tanggung jawab moral
Dengan membuat peserta didik menyenangi pelajaran matematika dan mereka mampu menyatakan ungkapan tentang matematika merupakan awal bahwa kita dipacu untuk menggali potensi dan kompetensi peserta didik yang dibuktikan melaui proses pembelajaran.