Jumat, 09 Januari 2009

Usaha-usaha (saya) dalam Melibatkan Siswa dalam Pembelajaran Matematika antara Teori dan Pengalaman

I. Pendahuluan
Sampai saat ini pembelajaran matematika bagi siswa-siswa di tingkat dasar maupun tingkat menengah merupakan pelajaran yang dipandang sulit dan tidak disenangi oleh sebagian besar siswa. Hal ini jelas terbukti dari nilai rata-rata akademik yang diperoleh siswa di sebagian besar sekolah-sekolah masih jauh lebih rendah dari pada nilai-nilai mata pelajaran lain. Di samping itu laporan dari guru-guru pembimbing banyak menyatakan keluhan-keluhan tentang hasil prestasi siswa dari proses dan hasil pembelajaran matematika di kelas yang kurang puas dengan target ideal pencapaiannya. Kebanyakan guru mengklaim bahwa ketidakberhasilan itu senantiasa dipojokkan kepada siswa itu sendiri dengan dalih mereka kurang bahkan tidak mampu mengusai operasi dasar matematika yakni operasi tambah, kurang, kali, dan bagi. Bahkan lebih santer lagi mereka menuding kegagalan siswa dalam belajar matematika itu diakibatkan karena guru matematika pada tingkatan kelas di bawahnya kurang tegas atau tidak tuntas menyelesaikan target kompetensi siswa tersebut. Inilah paradigma pembelajaran matematika yang selama ini terjadi pada kebanyakan sekolah.
Pembelajaran matematika sekolah di tingkat dasar dan menengah merupakan pelajaran wajib bagi siswa selama berada dibangku sekolah. Bagi siswa yang minat dan mampu mengikuti konsepkonsep matematika merupakan anugrah dan mereka terasa nyaman mengikuti pembelajaran matematika. Tetapi bagi siswa yang tidak senang dengan matematika terasa musibah yang harus diikuti dengan terpaksa selama ia berada di sekolah tersebut.
Permasalahan yang timbul pada diri saya, 1)haruskah siswa yang menjadi sasaran kegagalan pembelajaran matematika? 2) Apakah keberhasilan pembelajaran matematika hanya ditentukan dari nilai yang diperoleh siswa dalam bentuk angka-angka yang tinggi? 3) Adakah usaha guru dalam bentuk selain aktifitas di kelas membimbing, melatih, dan menilai secara rutinitas sehingga siswa yang memperoleh nilai bagus dianggap berhasil dan siswa yang memperoleh nilai jelas dikatakan gagal?
Dalam tulisan ini saya ingin mengungkapkan usaha-usaha guru dalam melibatkan siswa dalam pembelajaran matematika antara teori dan pengalaman.

II. (Teori) Pengelolaan Pembelajaran Matematika
Berdasarkan para pakar pendidikan, khususnya dalam pengelolaan pembelajaran matematika, beberapa hal yang mendasarinya adalah
a. Analisis kurikulum (KTSP)
Analisis ini meliputi Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK), Kompetensi dasar (KD), Indikator, dan Peta bahan ajar
b. Mengidentifikasi masalah-masalah kontekstual
Menjadi sangat penting kegiatan guru mengidentifikasi masalah-masalah kontekstual yang berkaitan dengan setiap konsep yang harus dipelajari peserta didik dalam mencapai kompetensinya yang ditetapkan dalam SK dan KD. Suatu pembelajaran akan menjadi sebuah proses pembelajaran bermakna bagi peserta didik, jika konsep atau materi yang dipelajari peserta didik disajikan dalam masalah yang kontekstual.

c. Pengenalan karakteristik peserta didik (dari aspek kognitif)
Pengenalan karakteristik secara aspek kognitif mengacu kepada teori-teori :
1. Teori perkembangan kognitif Piaget
Menurut Piaget, perkembangan kognitif manusia berlangsung secara kontinyu seiring dangan perkembangan intelektualnya. Piaget membedakan perkembangan kognitif manusia menjadi empat tahap, yaitu :
1) Tahap sensori motorik, berlangsung dari 0 – 2 tahun. Pada tahap ini anak memahami segala sesuatu hal bergantung terutama pada gerakan tubuh beserta alat-alat indera yang lain.
2) Tahap pra operasional, berlangsung kira-kira 2 – 7 tahun. Pada tahap ini ia mulai mampu berbahasa dalam bentuk kata, dapat mempersentasikan realitas yang mengawali proses berfikir.
3) Tahap operasional kongkrit, berlangsung dari 7 - 12 tahun. Pada tahap ini anak mulai dapat melakukan aktifitas mental melalui benda-benda kongkrit, tetapi masih didasarkan pada pengamatan dan pengalaman dengan benda-benda dalam dunia fisis.
4) Tahap operasional formal, berlangsung mulia 12 tahun ke atas. Pada tahap ini, anak atau orang mulai mampu berfikir logis tanpa kehadiran benda-benda kongkrit sebagai media pembelajaran.
Selain itu Piaget juga mengatakan ada empat faktor yang memberikan kontribusi pada perkembangan intelektual manusia, yaitu
a) perkembangan kematangan (fisiologis)
b) pengalaman langsung dengan dunia fisik
c) penyeimbangan

2. Teori perkembangan kognitif Bruner
Menurut Brunner, untuk memahami konsep-konsep yang bersifat abstrak, dibutuhkan refresentatif yang dapat ditangkap oleh indra manusia. Ada tiga tahap refresentasi yang dapat digunakan dari pembelajaran dari lingkungan, yaitu.
a) tahap enaktif, yaitu suatu tahap pembelajaran dimana informasi atau pengetahuan itu harus dipelajari secara aktif oleh peserta didik dengan menggunakan benda-benda kongkrit.
b) tahap ekonik, yaitu suatu tahap pembelajaran dimana pengetahuan itu dipresentasikan dalam bentuk bayangan visual (gambar, skema, diagram, grafik, tabel, dll) yang menggambarkan situasi kongkrit yang terdapat pada tahap enaktif tersebut.
c) tahap simbol, yaitu suatu tahap dimana pengetahuan itu dipresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak, baik simbol-simbol verbal, lambang-lambang matematika maupun lambang-lambang abstrak lainnya.
d. Pengembangan dan penguasaan materi
Pengembangan materi merupakan pengembangan masalah–masalah dala rangka lebih meningkatkan kemampuan matematisasi secara horizontal dan vertikal.
Pengembangan masalah tersebut dikelompokkan menurut level-level berfikir yang dituntut peserta didik, paling sedikit ada tiga level antara lain :
1) Level – 1 : berlaitan dengan pengetahuan mengenai objek, definisi, keterampilan dan algoritma
2) Level – 2 : berkaitan dengan pemahaman relasional, yaitu pemahaman tentang hubungan antar konsep, masalah, aturan, dan prosedur. Termasuk dalam kategori ini adalah kemampuan menyelesaikan masalah dengan berbagai strategi.
3) Level – 3 : berkaitan dengan penalaran matematika dengan generalisasi
e. Komunikasi secara matematis
Matematika merupakan bahasa atau lambang yang baru mempunyai makna bila diinterpretasikan. Pemahaman mengenai suatu bahasa atau lambang orang, perlu melakukan interpretasi yang ditentukan oleh pengalaman seseorang. Seseorang akan memahami sesuatu, jika sesuatu itu mula-mula direpresentasikan dalam modus tertentu, kamuadian ke modus yang lain. Proses transformasi dari modus representasi tertentu ke modus refpresentasi yang lain disebut translasi.
f. Pengembangan program pembelajaran
Silabus merupakan acuan untuk merencanakan dan melaksanaan program pembelajaran. Silabus dapat digunakan sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran mulai dari pembuatan rencana pembelajaran (RPP), pengelolaan pembelajaran sampai sistem penilaian.

III. Pengalaman (saya) dalam Pembelajaran Matematika
Selama kira-kira 14 tahun saya menjadi PNS, banyak temuan-temuan yang dijumpai terutama berkenaan dengan peserta didik. Dari tahun ke tahun, saya memperoleh pengalaman yang senantiasa unik berdasarkan karakteristik peserta didik Adanya rasa kekhawatiran selama 14 tahun menghadapi peserta didik, dirasakan pada pencapaian hasil pembelajaran matematika di SMP yang kurang memuaskan. Dan ini saya rasakan karena saya belum optimal menggali potensi, motivasi dan kompetensi pesrta didik selama ini. Tetapi di lain pihak saya merasa senang dan peduli dengan proses pembelajaran peserta didik, di mana dari tahun ke tahun selalu ada perbedaan dan perubahan baik input dan output peserta didik maupun kesiapan saya dalam penanganan mengelola kelas. Hal ini terjadi karena karena sebagian dari guru hanya melakukan proses pembelajaran karena didasarkan kewajiban semata. Selanjutnya mereka kurang proaktif dalam mengikuti kegitan akademik berupa seminar-seminar pendidikan, atau bergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Dengan mengikuti forum-forum ilmiah paling tidak kita akan sedikit mendapatkan pencerahan diri dan memperoleh ilmu dari narasumber atau berbagi pengalaman secara sharing antar sesama sejawat. Ini merupakan hal yang dirasakan penting bagi saya.

IV. Usaha-usaha Guru (Saya) yang Melibatkan Siswa dalam Pembelajaran Matematika
Dari permasalah yang dikemukakan di atas, saya mempunyai pendapat,
1. Kegagalan peserta didik dalam pembelajaran matematika tidak dapat sepenuhnya ditujukan kepada peserta didik itu sendiri. Saya menyadari bahwa faktor guru sangat besar pengaruh dalam menentukan kegagalan maupun keberhasilan peserta didik. Hanya guru yang mempunyai berwawasan inovatif dan memiliki kompternsilah yang menyimpan harapan akan keberhasilan pelajaran khususnya dalam pembelajaran matematika.
2. Selama ini keberhasilan pembelajaran matematika hanya dilihat dari hasil peserta didik dalam bentuk nilai kuntitatif maupun kualitatif, sementara penggalian terhadap potensi, bakat, karakter dan kompetensi peserta didik belaum dilakukan secara optimal yang menjadi lahan pembinaan guru selain penyampaian materi. Lebih jauh yang harus kita kembangkan, seperti yang dikemukakan oleh Ebutt dan Straker, bahwa hakekat pendidikan matematika sekolah adalah : 1) kegiatan mencari pola dan hubungan, 2) kegiatan pemecahan masalah, 3) kegiatan penelitian dan investigasi dan 4) menjadikan matematika sebagai alat untuk berkomunikasi. Jadi keberhasilan peserta didik yang dinyatakan dalam bentuk nilai (kuantitatif dan kualitatif) adalah menunjukkan hasil akhir dari performen peserta didik sebagai bentuk pertanggungjawaban bagi pencapaian kompetensi peserta didik.
3) Sebelum guru melakukan kegiatan pembelajaran matematika dengan peserta didik, harus dipersiapkan terlebih dahulu berupa persiapan umum dan persiapan khusus. Persiapan umum meliputi kajian dan penyesuaian paradigma dan teori pendidikan serta pembelajaran matematika inovatif dan implementasinya, yaitu hakekat matematika sekolah, tujuan pendidikan matematika, hakekat tugas dan fungsi guru matematika, hakekat siswa belajar matematika, hakekat metode pembelajaran, hakekat penilaian pembelajaran matematika, dan hakekat sumber belajar matematika. Inilah sebuah tantangan dan tugas mulia bagi guru sebagai pembimbing, motivator, dan evaluator yang tidak serampangan memberikan keberhasilan peserta didik dengan bentuk nilai.
Jadi secara umum bahwa usaha yang harus saya lakukan dalam melibatkan peserta didik dalam pembelajaran matematika adalah :
1. Harus dipersiapakan dan terus digali tentang wawasan / hakekat matematika dan hakekat matematika sekolah, sehingga secara berangsur-angsur wawasan ini tertanam kepada peserta didik
2. Pengusaan terhadap pembejaran matematika, teori-teori belajar, pengusaan pengenalan karakteristik peserta didik, pengeloaan kelas, pengusaan model dan strategi pembelajaran, mempersiapkan RPP yang inovatif yang mengembangkan berbagai skema yang terdiri dari struktur pembelajaran (pendahuluan, inti dan penutup), skema pencapaian kompetensi ( Will, Attitude, Knowledge, Skill dan Experience), skema interaksi (klasikal, kelompok, dan individual), skema variasi metode (induksi-deduksi) dan skema variasi media dan alat bantu pembelajaran (LKS dan alat peraga) dan variasi sumber belajar(buku, internet)
3. Menguasai bahan ajar dalam arti bahwa kini dalam mata pelajaran matematika sering terdapat kegiatan kompetisi diantaranya : lomba PASIAD, OSN dan lomba-lomba lain. Cakupan materi atau soal dalam lomba tersebut sangat unik dan cukup sulit. Saya merasa bahwa menguasai bahan ajar untuk mempersiapkan lomba bagi peserta didik berprestasi sangat menunjang dalam menggali teknik atau trik matematika yang selanjutnya dapat diterapkan di kelas sebagai tambahan pembelajaran.
V. Penutup
Kesimpulan
Untuk menjadi seorang guru yang profesional dibutuhkan kesiapan mental yang tinggi, memiliki harapan yang besar akan kemajuan pendidikan bagi peserta didik. Semua pekerjaan ini harus dilakukan sebagai tugas dari pemerintah yang harus disadari dengan tanggung jawab moral
Dengan membuat peserta didik menyenangi pelajaran matematika dan mereka mampu menyatakan ungkapan tentang matematika merupakan awal bahwa kita dipacu untuk menggali potensi dan kompetensi peserta didik yang dibuktikan melaui proses pembelajaran.

Kamis, 08 Januari 2009

BERBAGAI MACAM PENGELOLAAN KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGEMBANGAN RPP

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka pembaharuan sistem pendidikan nasional telah diterapkan visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi Pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehinga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah (Permen Diknas No. 43, 2007)

Standar Proses yang meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, Penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Interaksi pembelajaran dan pengelolaan kelas yang merupakan salah satu implementsi dari pelaksanaan proses pembelajaran bagi siswa secara klasikal, sangat penting untuk mendapat perhatian dan arahan yang benar. Hal ini sangat dimungkinkan ketidakberhasilan peserta didik dapat terjadi bila seorang guru yang tampil di depan kelas tidak mampu berinteraksi dan/ atau menguasai kelas, artinya guru tampil di kelas melaksanakan pembelajaran tanpa memperdulikan keadaan kelas baik dari intern siswa maupun ekstern lingkungan kelas itu sendiri, sehingga terjadi kevakuman aliran proses pembelajaran.
Oleh karena itu seorang guru perlu mengetahui dan mampu menguasai kelas dengan mengelola kelas secara tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan melalui beberapa pendekatan dalam pengelolaan kelas beserta interaksi dalam proses pembelajaran. Pendekatan-pendekatan tersebut adalah pendekatan pengubahan tingkat laku, pendekatan iklim sosio emosional dan pendekatan proses kelompok.

B. Pengertian
1. Interaksi Pembelajaran

Belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada diri individu yang sedang belajar. Perubahan tingkah laku yang dimaksud meliputi perubahan pemahaman, pengetahuan, sikap, keterampilan, kebiasaan, dan apresiasi. Sedangkan yang dimaksud pengalaman dalam proses belajar adalah terjadinya interaksi antara individu dengan lingkungannya.

Pembelajaran tidaklah sama maknanya dengan mengajar. Sesuai dengan paradigma baru memandang bahwa siswa bukan sebagai objek, tetapi siswa sebagai subjek dalam pembelajaran. Konsep matematika tidak dipandang sebagai barang jadi yang hanya menjadi bahan informasi untuk siswa. Namun guru diharapkan merancang pembelajaran, sehingga memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk berperan aktif dalam membangun konsep secara mandiri atau bersama-sama. Pembelajaran demikian , akan dapat menimbulkan rasa bangga pada diri siswa, menumbuhkan minat, rasa percaya diri, memupuk dan mengembangkan imajinasi dan daya cipta siswa.
Manakala terjadi hubungan timbal balik (hubungan bolakbalik) antara guru dengan siswa atau sebaliknya demikian juga hubungan timbal balik antar siswa, maka terjadilah apa yang disebut interaksi pembelajaran

2. Pengelolaan Kelas
Berbagai definisi tentang pengelolaan kelas yang dapat diterima oleh para ahli pendidikan, yaitu :
Pengelolaan kelas didefisnisikan sebagai:
a. Perangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan menguragkan tingkah laku yang tidak diinginkan.
b. Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik da iklim sosio emosional kelas yang positif.
c. Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif.
Dari ketiga definisi diatas, masing-masing mempunyai asumsi yang berbeda-beda. Para ahli menggabungkan ketiga dimensi itu menjadi definisi yang bersifat pluralistik, yaitu bahwa pengelolaan kelas sebagai seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan, menghubungkan interpersonal dan iklim sosio emosional yang positif serta mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif.


BAB II
BERBAGAI MACAM PENGELOLAAN KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGEMBANGAN RPP

A. Interaksi Proses Pembelajaran

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Belajar mengacu pada apa yang dilakukan oleh siswa, sedangkan mengajar mengacu pada apa yang dilakukan oleh guru sebagai pemimpin belajar.
Apabila proses belajar mengajar dipandang sebagai proses, maka paling tidak ada empat asumsi yang dapat dikembangkan sebagai suatu pertanyaan, diantaranya: kemana proses tersebut akan dibawa?, apa yang menjadi isi proses belajar mengajar tersebut?, bagaimana cara melaksanakan proses tersebut?, dan sejauhmana proses itu telah berhasil.
Pertanyaan pertama berkenaan dengan tujuan proses belajar mengajar (standar kompetensi) yang diharapkan. Pertanyaan kedua mengenai isi dan bahan ajar. Pertanyaan ketiga terkait dengan aspek metode dan alat bantu pembelajaran. Pertanyaan keempat berkenaan dengan penilaian dalam pembelajaran. Interaksi guru dan siswa dibangun atas dasar keempat unsur diatas. Dalam interaksi tersebut, siswa diarahkan oleh guru untuk mencapai standar kompetensi melalui bahan ajar yang harus dipelajari oleh iswa dengan menggunakan metode dan alat bantu untuk kemudian dinilai ada tidaknya perubahan tingkah laku pada diri siswa.

B. Pengelolaan Kelas

Pada dasarnya kegiatan guru dikelas mencakup dua aspek utama, yaitu masalah pembelajaran dan masalah pengelolaan kelas. Berdasarkan definisi didepan, maka seorang guru akan berhadapan masalah individu dan masalah kelompok. Untuk dapat menyelesaikan masalah pengelolaan kelas yang efektif, maka guru harus mampu: mengidetifikasikan masalah yang bersifat individu dan kelompok, memahami berbagai pendekatan untuk menyelesaikan
suatu permasalahan dan memilih pendekatan yang paling tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut.
a. Masalah Individu
Asumsi yang mendasari masalah individu adalah bahwa tingkah laku manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Setiap individu memiliki kebutuhan dasar untuk memiliki atau merasa dirinya berguna dan dibutuhkan. Jika individu gagal dalam mendapatkannya, maka ia akan bertingkah laku secara berurutan dimulai dari yang paling ringan sampai denga yang paling berat.
b. Masalah Kelompok
Terdapat tujuh masalah kelompok yang berkaitan dngan pengelolaan kelas, yaitu: (1) Hubungan tidak harmonis, (2) Kekurangmampuan mengikuti peraturan kelompok, (3) Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok, (4) Penerimaan kelompok atas tingkah laku yang menyimpang, (5) Penyimpangan anggota kelompok dari ketentuan yang ditetapkan, (6) Tidak memiliki teman, tidak mau bekerja, atau bertingkah laku yang negatif, (7) Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan.

C. Pendekatan-pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas
1 Pendekatan Pengubahan tingka laku

Pendekatan pegubahan tingkah laku ini didasarkan pada suatu teori yang mengatakan bahwa semua tingkah laku baik yang sesuai maupun tidak sesuai adalah hasil belajar. Pendekatan tingkah laku ini dibangun atas dasar keyakinan bahwa ada empat proses dalam belajar yang berlaku bagi semua orang pada semua tingkatan umur, yaitu:
a. Penguatan positif
b. Penghukuman
c. penghilangan
d. Penguatan negatif

2. Pendekatan Iklim Sosio Emosional
Pendekatan ini didasarkan pada suatu keyakinan bahwa pengelolaan kelas yang efektif merupakan fungsi dari hubungan yang positif antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa, dengan guru sebagai penentu utama hubungan interpersonal dan iklim kelas.

3. Pendekatan Proses Kelompok
Pendekatan ini mendasarkan pada prinsip-prinsip psikologi sosial dan dinamika kelompok. Empat asumsi dasar yang diadopsi dari pendekatan proses kelompok, yaitu: (1) Kegiatan sekolah berlangsung dalam suasana kelompok, (2) Tugas pokok guru adalah mempertahankan dan mengembangkan suasana kelompok yang efektif dan produktif, (3) Kelas adalah suatu sistem sosial yang memiliki ciri-ciri sebagaimana yang dimiliki oleh sistem sosial masing-masing siswa, (4) Tugas pengelola kelas adalah mengembangkan dan mempertahankan kondisi yang dimaksud.
Beberapa aspek yang menyangkut pengelolaan kelas, yaitu:
a. Ekspektasi
Merupakan persepsi guru dan siswa berkenaan dengan hubungan mereka.
b. Kepemimpinan
Diartikan sebagai tingkah laku yang mendorong suatu kelompok bergerak kearah pencapaian tujuan yang dimaksud
c. Kemenarikan.
Tingkat hubungan persahabatan diantara anggota kelompok kelas
d. Norma
Adalah pedoman tentang cara berpikir, merasa dan bertingkah laku yang diakui bersama anggota kelompok.
e. Komunikasi
Komunikasi merupakan wahana yang memungkinkan terjadi interaksi yang bermakna pada anggota kelompok.
f. Keeratan
Berkaitan dengan rasa kebersamaan yang dimiliki oleh kelompok kelas

4. Prosedur Pengelolaa kelas
Prosedur pengelolaan kelas dapat berupa:
a. Tidakan Preventif
Tidakan ini meliputi: (1) Peningkatan kesadaran diri, (2) Peningkatan kesadaran siswa, (3) Inisialisasi sikap tulus dari guru, (4) Mengenal dan menemukan suatu alternatif
b. Tindakan Kuratif
Tindakan ini meliputi: (1) Pengidentifikasian, (2) Membuat rencana, (3) Menetapkan waktu pertemuan, (4) Menjelaskan maksud pertemuan, (5) Menunjukan bahwa guru pun bisa berbuat salah, (6) Guru berusaha membawa siswa pada masalahnya, dan (7) Bila pada pertemuan siswa tidak responsif, guru dapat mengajak siswa untuk berdiskusi.
D. Implikasi dalam Pengembangan RPP
Berdasarkan uraian diatas, adapun implikasi pengelolaan kelas terhadap pengembangan rencana program pembelajaran tergantung pada beberapa aspek, yaitu:
1. Karakteristik Siswa
Untuk dapat memperlancar proses belajar siswa, seorang guru perlu memperhatikan faktor yang terdapat pada diri siswa maupun faktor lingkungan yang perlu dimanipulasinya. Karakteristik siswa tersebut, meliputi:
a. Kemampuan Awal Siswa
Kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang telah dimiliki oleh siswa sebelum ia mengikuti pelajaran yang akan diberikan. Kemampuan awal menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran yang akan disampaikan. Kemampuan awal siswa penting untuk
diketahui guru sebelum memulai pembelajaran, karena dengan demikian dapat diketahui apakah siswa telah mempunyai pengetahuan awal yang merupakan prasyarat untuk mengikuti pembelajaran, sejauhmana siswa mengetahui materi apa yang akan disajikan. Kemampuan awal siswa dapat diukur melalui tes awal, interview, atau cara-cara lain yang cukup sederhana seperti melontarkan pertanyaan-pertanyaan secara acak dengan distribusi perwakilan siswa yang refresentatif.
b. Motivasi
Motivasi dapat didefinisikan sebagai tenaga pendorong yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu. Apabila siswa mempunyai motivasi yang tinggi, maka ia akan : (1) memperlihatkan minat dan mempunyai perhatian, (2) bekerja keras dan memberikan waktu pada usaha tersebut, (3) terus bekerja sampai tugas dapat diselesaikan.
Berdasarkan sumbernya motivasi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: Motivasi instrinsik, yaitu motivasi yang datang dari dalam diri siswa, dan motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang datang dari luar diri siswa.
Dibawah ini diberikan saran-saran bagaimana guru dapat meningkatkan motivasi bagi siswa, yaitu:
1. Setiap materi perlu dibuat menarik
2. Setiap proses pembelajaran diusahan untuk membuat siswa aktif
3. Menerapkan teknik-teknik modifikasi tingkah laku untuk membantu siswa bekerja keras.
4. Memberikan petunjuk dan indikator pencapaian yang jelas.
5. Memperhitungkan perbedaan kemampuan individualantar siswa, latar belakang, dan sikap siswa terhadap sekolah atau mata pelajaran.
6. Mengusahakan untuk memenuhi kebutuhan defisiensi siswa, yaitu kebutuhan fsikologis, rasa aman, diakui oleh kelompoknya, serta penghargaan dengan jalan: memperhatikan kondisi fisik siswa, memberi rasa aman, menunjukan bahwa guru memperhatikan mereka,
mengatur pengalaman belajar sehingga setiap siswa pernah memperoleh kepuasan dan penghargaan, mengarahkan pengalaman belajar kekeberhasilan dan membuat siswa tingkat aspirasi yang realistik, mempunyai orientasi pada prestasi, serta mempunyai konsep diri yang positif.
7. Mengusahakan agar terbentuk kebutuhan untuk berprestasi, rasa percaya diri.
8. Membuat siswa ingin menerapkan apa yang telah dipelajari dan ingin belajar lebih banyak lagi.

c. Perhatian
Didalam proses belajar mengajar, perhatian merupakan paktor yang besar pengaruhnya terhadap keberhasilan proses pembelajaran bagi siswa. Dengan perhatian dapat memuat siswa: mengarahkan diri ketugas yang akan diberikan, melihat masalah-masalah yang akan diberikan, memilih dan memberikan fokus pada masalah yang harus diselesaikan, dan mengabaikan hal-hal yang tidak relevan. Cara-cara yang dapat dipakai guru untuk dapat menarik perhtian bagi siswa antara lain: Mengetahui minat siswa, memberikan pengarahan, menjelaskan tujuan-tujuan belajar , mengadakan tes awal atau kuis.

d. Persepsi
Persesi merupakan suatu proses yang bersifat kompleks yang menyebabkan orang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperolehnya dari lingkungannya. Hal-hal yang umum yang perlu diketahui oleh seorang guru mengenai persepsi, antara lain: makin tepat persepsi siswa mengenai sesuatu semakin mudah siswa untuk mengingatnya, pelajaran perlu menghindari adanya persepsi yang salah karena akan memberikan persepsi yang salah pula pada siswa tentang apa yang dipelajari, bila ada strategi pembelajaran yang perlu dikembangkan
dengan menggunakan alat peraga maka perlu diusahakan agar penggati benda tersebut mendekati aslinya.
e. Retensi
Retensi adalah kemampuan untuk mengingat materi yang telah dipelajari. Ada tiga faktor yang mempengaruhi retensi, yaitu: (1) yang dipelajari pada permulaan, (2) belajar melebihi penguasaan, dan (3) pengulangan dengan interval waktu.
Strategi yang dapat diterapkan guru untuk meningkatkan retensi siswa dalam pembelajaran, yaitu :
1. Mengetahui bahwa kekompleksan respon yang diinginkan masih berada dalam batas kemampuan siswa, dan masih berkisar pada apa yang telah dipelajari sebelumnya.
2. Memberikan latihan-latihan.
3. Membuat situasi belajar yang jelas dan spesifik.
4. Membuat situasi belajar yang relevan dan bermakna.
5. Memberikan penguatan terhadap respons siswa.
6. Memberikan latihan dan mengulang secara periodik.
7. Memberikan situasi belajar tambahan dimana siswa tidak hanya belajar materi baru.
8. Mencari peluang-peluang yang terdapat didalam situasi belajar baru.
9. Mengusahakan agar materi ajar yang dipelajari bermakna dan disusun dengan baik.
10. Memberikan resetasi karena guru akan meningkatkan praktik siswa.

f. Transfer
Transfer merupakan kemampuan untuk menggunakan apa yang dipelajari untuk menyelesaikan masalah-masalah baru, menjawab pertanyaan-pertanyaan baru, atau memfasilitasi pembelajaran materi pelajaran yang baru. Bentuk transfer dapat berupa: (1) transfer positif, yaitu pengalaman sebelumnya dapat membantu pembentukan penampilan siswa dalam tugas selanjutnya, (2) transfer negatif, artinya pengalaman
sebelumnya justru menghambat penampilan didalam tugas baru, dan (3) ransfer nol, terjadi bila pengalaman masa lalu tidak mempengarui penampilan selanjutnya.
Beberapa upaya guru untuk meningkatkan transfer dalam pembelajaran, diantaranya:
1. Mengusahakan siswa benar-benar telah menguasai apa yang telah dipelajari sebelumnya.
2. Mengusahakan agar siswa aktif telibat dalam menemukan konsep.
3. Mengusahakan agar siswa dapat merencanakan sendiri kesempatan untuk melakukan tugasnya.
4. Memberikan tugas-tugas yang serupa agar siswa mendapat kesempatan untuk mengorganisasikan kembali pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan konsep atau teorema.
5. Mengusahakan agar pembelajaran yang diberikan merupakan sesuatu yang bermakna bagi siswa.
6. Memberikan sebanyak mungkin situasi baru, sehingga siswa akhirnya akan dapat mengadakan generalisasi tentang apa yang dipelajari.
g. Sikap
Sikap adalah keadaan internal seseorang yang dapat mempengaruhi tingkah laku terhadap suatu objek atau kejadian disekitarnya. Komponen sikap terdiri dari : (1) kognisi, pengetahuan, keyakinan, terhadap apa yang telah dipelajari, (2) afeksi, perasaan senang atau tidak senang, (3) perilaku, seperti berpikir kritis, logis, cermat, dll.
2. Karakteristik Guru
Kegiatan mengajar yang dilakukan guru berorientasi pada kemampuan kognitif, afektif, dan kemampuan psikomotor.
Dalam kewenangan profesionalnya, guru dituntut memiliki keanekaragaman kecakapan yang meliputi:
a. Kompetensi Psikologis
Faktor yang turut menentukan suatu keberhasilan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran merupakan tugas guru yaitu keterbukaan fsikologis guru. Keterbukaan psikologis sangat penting bagi guru mengingat posisinya sebagai panutan bagi siswa. Ditinjau dari sudut fungsi dan signifikasinya, keterbukaan psikologis merupakan karakteristik kepribadian yang penting bagi guru dala hubungannya sebagai pengarah belajar.
b. Kompetensi Kognitif
Kompetensi kognitif merupakan konpetensi utama yang harus dimiliki oleh setiap guru profesional. Terkait dengan tugas dan profesi sebagai guru, kompetensi kognitif merupakan pengetahuan, dalam hal ini mencakup: (1) kategori pengetahuan kependidikan dan keguruan, (2) kategori pengetahuan dalam bidang studi, meliputi: ilmu pendidikan, psikologi pendidikan, psikologi perkembangan anak, psikologi social, dan administrasi pendidikan. Sedangkan pengetahuan pendidikan meliputi: metode mengajar, kajian kurikulum, media pembelajaran, teknik evaluasi, dan keterampilan mengajar. Selain pengetahuan terhadap bidang studi, wawasan yang luas tentang pengetahuan umum lainnya oleh guru, akan sangat membantu guru dalam mengelola suatu pembelajaran.

c. Kompetensi Afektif
Kemampuan afektif guru bersifat tertutup dan abstrak, sehingga sangat sukar untuk mengidentifikasi. Kompetensi afektif meliputi seluruh fenomena perasaan dan emosi seperti halnya: cinta, benci, senang, sedih, serta sikap-sikap tertentu terhadap diri sendiri dan orang lain. Sebagai pemberi layanan pada siswa, guru seyogyanya memiliki sikap positif terhadap dirinya sendiri, kompentensi ini akan cukup berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kualitas dan kuantitas layanan pada siswa.
d. Kompetensi Psikomotor
Kompetensi psikomotor meliputi keterampilan yang bersifat jasmaniah yang pelaksanaannya berhubungan dengan tugasnya selaku pengajar. Keterampilan mengajar mencakup keterampilan ekspesi verbal dan non verbal tertentu yang direfleksikan guru ketika mengelola proses belajar mengajar. Dalam merefleksikan ekspresi verbal guru diharapkan trampil, fasih dan lancar berbicara baik ketika menyampaikan materi pelajaran maupun ketika menjawab pertanyaa-pertanyaan dari siswa. Keterampilan ekspresi nonverbal yang harus dikuasai guru antara lain: mendemonstrasikan materi pelajaran, memperagakan proses terjadinya sesuatu dengan alat peraga, mengoperasikan media pembelajaran, menulis dan memuat gambar di papan tulis.



BAB III
KESIMPULAN


Interaksi pembelajaran dan pengelolaan kelas merupakan implementasi dari standar proses yang dituangkan dalam peraturan menteri nomor 41 tahun 2006 dari aspek pelaksanaan proses pembelajaran. Interaksi pembelajaran dan pengelolaan kelas harus dikuasai oleh seorang guru dalam rangka mengemban amanah sebagai guru yang profesional. Diharapkan dengan mengusai Interaksi pembelajaran dan pengelolaan kelas, guru dapat mengatasi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan proses pembelajaran melalui penulusuran/ identifikasi masalah-masalah karakteristik siswa yang selanjutnya dilakukan pendekatan-pendekatan baik secara intern siswa secara individu maupun memahami kondisi ekstern lingkungan kelasnya.
Dengan demukian guru akan mudah melakukan inovasi dan pengembangan baik dari segi kompetensi siswa, bahan ajar, metode, maupun mengevaluasi terhadap hasil belajar siswa. Lebih jauh guru akan mudah membuat skenario pembelajaran yang berlangsung secara berkesinambungan.



DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2007). Permen No. 41 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Ditjen PLP. (2004). Modul Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi

Usaha-usaha (Saya) untuk Meningkatkan PBM Matematika Menuju Kualitas ke-2 (Antara Teori dan Pengalaman)

A. Usaha secara Internal

- Menyadari sepenuh hati bahwa kegiatan PBM merupakan kewajiban pokok selaku guru. Oleh karena itu saya harus bertanggung jawab atas keberhasilan peserta didik khusus dalam prestasi matematika, umumnya keberhasilan peserta didik di jenjang SMP
- Belajar sepanjang hayat, dalam artian saya harus jangan bosan dan lelah untuk memperoleh ilmu matematika untuk disumbangkan kepada peserta didik, walau usia makin tua. Hal ini disadari, bahwa semakin ilmu itu diperoleh, maka semakin jelas kebodohan saya di saat ini. Apalagi dengan kemajuan jaman yang tak terbendung lagi, sangat dimungkinkan bahwa peserta didik lebih tahu dari gurunya.

B. Usaha Eksternal
- Banyak membuat karya ilmiah. selama ini guru sebagai harapan kemajuan peserta didik, orang tua dan bangsa Indonesia, masih jarang membuat hasil karya. Adapun hasil karya yang ada belum tergolong karya ilmiah, karena tidak dilakukan berdasarkan prosedur ilmiah. Saya harus mampu menghasilkan karya-karya ilmiah minimal dapat digunakan bagi peserta didik di lingkungan saya
- Banyak mengikuti forum ilmiah
- Membiasakan mempresentasikan hasil pendidikan dan latihan kepada rekan sejawat dan mendiskusikan rencana kerja dan solusi pemecahan masalah
- Jadilah saya sebagai pioner bagi kemajuan pendidikan minimal di lingkungan saya sendiri.

Dede Sudjadi – 08301289019
Pend. Matematika
Program Sertifikasi Guru SMP
FMIPA - UNY Yogyakarta